Thursday 27 October 2011

Diskusi Tentang HABONARON DO BONA

Makna Falsafah Habonaron Do Bona

Oleh: Neo Simalungun Jaya , Friday, July 2, 2010

Horas

Sejak kecil kalimat ini selalu bergema dalam hati. Telah menjadi ciri Halak Simalungun, halak hita sering mengutipnya dalam percakapan dan tulisan. Kemudian kita menganggapnya sebagai falsafah Suku Simalungun. Bahkan Logo Pemda Simalungun juga menjadikannya sebagai motto. Bukan hanya itu, berbagai organisasi massa, kepemudaan, geraja juga menggunakannya. Berarti falsafah Habonaron Do Bona itu dapat mewakili jati diri kolektif Halak Simalungun. Apakah benar demikian? Apa sih makna yang terkandung di dalamnya?

Habonaron Do Bona!
Mudah mengartikan falsafah ini berdasarkan arti yang tersirat. Habonaron misalnya diartikan sebagai kebenaran, Tuhan. Bona berarti pangkal, sumber, asal, hulu, inti. Jadi bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kurang lebih bermakna Dari-Nya lah kita berasal. Tuhan adalah sumber segala sesuatu. Semua ini adalah ciptaanNya, milikNya.

Apakah sesederhana itu maknanya? Apakah ada makna yang sersirat? Mudah bagi kita yang memiliki latar belakang agama dan keyakinan tertentu untuk mengartikan Habonaron itu menjadi Kebenaran, Tuhan. Namun jika kita jujur hendak menafsirkannya berdasarkan teologi agama dan keyakianan yang dimiliki Halak Simalungun, apakah itu Parhabonaron, Agama Kristen Protestan, Katolik, dan Islam, pastilah “kata” Habonaron itu akan diterjemahkan sebagai Tuhan menurut pemahaman mereka.

Sementara ada golongan agama yang masih bersikeras Tuhan setiap agama itu beda. Terserah! Ini pendapat mereka. Sedikit yang mengakui bahwa memang benar Tuhan itu satu adanya. Ada yang keberatan jika semua agama itu disejajarkan sama-sama benar. Kelompok itu ada! Namun ada juga yang mengatakan memang agama itu “jalan yang berbeda” namun tujuannya sama yakni Tuhan Yang Maha Esa.

Baiklah kita tinggalkan dahulu masalah teologi ini. Padahal Pancasila sudah mengantisipasi hal seperti ini. Jangan kira tokoh angkatan 45 tidak mengetahui sejarah dunia, sejarah agama-agama yang memiliki catatan berdarah, baik antar agama maupun dalam tubuh interennya. Pancasila malah bergerak maju untuk mengantisipasi adanya kelompok non-apresiatif tersebut – radikalisme. Sehingga Negara kita menawarkan falsafah, sila pertama untuk mengantisipasi kelompok yang merasa benar sendiri tersebut. Bahwa “Ketuhanan (kata sifat) itu esa. Artinya sifat-sifat Tuhan itu universal adanya. Jika setiap pemeluk agama menjadi religius, dengan sendirinya akan menghayati sifat-sifat Tuhan yang maha baik, kasih, pemurah, menolong, menghormati, dll. Mengutamakan sifat-sifat inilah yang penting dalam bentuk pikiran, ucapan dan tindakan. Kita tidak bisa membohongi orang dalam waktu lama.

Kembali kepada falsafah kita Habonaron Do Bona.

Saya berkeyakinan falsafah ini lahir sebelum agama SAMAWI iba atau bertandang ke Bhumi Simalungun. Hmm… Artinya leluhur Halak Simalungun sudah sampai pada kesadaran bahwa Manusia itu asalnya dari Tuhan Yang Tunggal. Setiap manusia yang terlahir di bumi ini merupakan ciptaanNya, berasal dariNya.

Menyadari hal ini aku bangga. Bangga pada leluhur. Bahwa falsafah ini tidak lahir dari seorang gembala yang sedang berada di atas punggung kerbau, atau pas memancing di sungai. Atau lahir atas perintah raja yang konon rakyatnya tak ada yang punya baju atau sandal. Bukan. Sekali lagi bukan.

Falsafah ini, saya yakin lahir dari hasil evolusi jiwa Halak Simalungun, lahir dari JIWA LUHUR. Lahir dari pencapaian Spiritual. Lahir dari HASIL OLAH RAGA, RASA, dan JIWA. Ketiga usaha ini, sekarang dinamakan SENI MEMBERDAYA DIRI. Karena leluhur kita telah menemukan cara untuk mensinergikan diri dengan yang Ilahi, sudah selaras, Eling, sudah Berkesadaran. Aku Bangga Jadi Orang Simalungun. Kenapa?

Karena leluhur kita telah mencapai tingkat kesadaran yang tinggi. Bahwa kesadaran itu disokong, berkembang di atas lahan Peradaban, Kebudayaan yang sudah tinggi. Dan saya berani menyimpulkan (maaf ya, saya harus berterus terang), bahwa mereka adalah praktisi Yoga, Tantra. Pada Yoga dan Tantra terdapat disiplin bagaimana mematangkan evolusi jiwa, bagaimana membersihkan insting hewani, bagaimana menyelaraskan diri dengan alam dan lingkungan. Pendek kata mereka memiliki peradaban dan kebudayaan yang sudah tinggi. Yoga berarti terjadinya persatuan dengan Ia Yang Ilahi.

Eeist.. tunggu dulu. Dapatkah kita membayangkan bahwa nenek moyang kita adalah para manusia Hindu? O ya, Hindu itu berasal dari kata Sindhu, Sinthu, Sunda. Akar katanya sama, yang bermakna bahwa Hindu, Sindhu, Sinthu, Sunda adalah wilayah PERADABAN, KEBUDAYAAN yang sama. Wilayah ini dibagi dua oleh sungai Sindu yang ada di India sekarang hingga Nusantara/Dvipantara.

Berita gembiranya, Orang Nusantara tidak pernah mengimpor keyakinan/agama dari India. Karena budaya dan keyakinan kita sama. Bahkan dengan orang-orang China.

Persebaran kebudayaan itu justru dari Dvipantara (Peneliti menyebutnya Atlantis/Atlantean). Sebagai contoh, sewaktu pusat Peradaban berada di sekitar Danau Toba sekarang – lebih kurang 75.000 lalu, dan ketika Gunung Toba, Meru meletus, maka orang-orang melarkan diri ke Mesir. Di sana, untuk mengenang Gunung Toba, mereka mendirikan Piramid. Mereka memiliki trauma kepada “tsunami”, karena waktu Gunung Toba meletus, wilayah Dvipantara yang menyatu (belum ada laut utara Jawa), jadi merupakan wilayah yang luas membentang.

Periode berikutnya adalah sewaktu pusat peradaban berada pada Gunung Dempo (Moyang Krakatau) di selat Sunda. Masa inilah (12.000 tahun lalu) yang disebut masa Atlantis. Saat itu Gunung Dempo, mendatangkan air Bah (Tsunami), dan orang-orang Atlantean/Sunda migrasi lagi ke berbagai negeri, termasuk ke Yunani, atau ke India.

Makanya tak heran banyak nama yang kembar antara Indonesia dan India.

Mari kita kembali ke Simalungun. Jadi nenek moyang kita tidak lahir atau timbul pada tahun 1200-an, bukan. Jika ingat kembali kisah penciptaan dan kelahiran manusia pertama versi tradisi kita (Hindu) dan yang masih bertahan di kampong kita maka akan mirip.

Kisah itu metafor. Tolong jangan ditafsirkan secara buta. Misal kita ambil kisah dari Toba, Si Boru Deak Parujar – feminim, adalah putri dari Betara Guru/Siva, yang menolak dinikahkan dengan putra Brahma yang Buruk Rupa. Maka ia turun ke benua/wanua bawah. Singkat cerita Ia meminta segenggam tanah ke Bapaknya-Siva. Maka jadilah BUMI.

Ini kisah metafor. Jika dirunut mulai Brahma yang sekarang menciptakan Bumi, maka Bumi telah berusia jutaan tahun.

Lalu mari memperhatikan Kisah Si Boru Deak Parujar yang dihubungkan dengan Si Raja Batak, lalu yang menurunkan marga-marga di tanah Batak ya, tidak klop/pas. Menafsirkan pohon silsilah “Orang Batak” harus berdasarkan tafsir BUDAYA. Tidak Politis. Tidak akan sinkron, klop, atau cocok, senantiasa ada friksi.

Kembali ke falsafah Habonaron Do Bona. Falsafah ini similar dengan falsafah Bhinneka Tunggal Ika. Terlihat banyak, beragam, tetapi disatukan inti kehidupan yang sama. Terlihat banyak jalan yang memuja Tuhan, tetapi tujuannya SAMA.

Jadi lahirnya falsafah Habonaron Do Bona adalah berasal dari KESADARAN. Tidak ada lagi debat teologi di sana. Sudah FINAL.

Kalau masih berkutat pada teologinya, ya silahkan saja. Kami Halak Simalungun sudah mencapai Kesadaran yang Tinggi. Tinggal orang/halak Simalungun sekarang mau atau tidak menyegarkan kembali ingatannya.

Dalam falsafah Habonaran Do Bona, manusia Simalungun sudah menyadari kesatuan antara dunia tetumbuhan/hewan, manusia dan alam devata. Tidak ada lagi sekat-sekat. Di mana mana Tuhan itu ada. Di luar dan didalam diri mahkluk, Ia Maha melingkupi, Maha meresapi. Jadi tidak ada tempat dimana Ia tidak ada. Di Barat, Timur, Utara, Selatan, bawah, atas, semua Ia bertahta. Bahkan Ia lebih besar dan Semesta.

Inilah pemahaman saya tentang falsafah Habonaron Do Bona yang harus di maknai kembali oleh generasi muda Simalungun.

Maaf jika ada kata atau kalimat yang tidak berkenan.

terimakasih.
· · Share

    • DumaRia Sinaga sayang tdk ada referensinya (dilampirkan) ya tks
      July 3, 2010 at 9:34pm via mobile ·

    • Neo Simalungun Jaya daftar bukunya banyak kak. sejarah simalungun, ajaran Buddha Gotama hingga Siva. lain kali saya akan share ajaran keduanya secara bertahap. tks atas komennya kak.
      July 3, 2010 at 10:17pm · · 1 person

    • Amor Purba Diateitupa ma da..horas 3 x
      July 3, 2010 at 10:30pm ·

    • Juan Daniel Saragih
      lawei, ada budaya kita yg -kini- mulai menghilang, yakni 'ma-miringi' [sharing]; mungkin akibat kemajuan zaman; jd ingat dulu thn 80an ada acara suka cita digereja (pesta pariama), semua bawa nasi putih, lauk pauknya gereja yg menyiapkan, ada nuansa suka cita (bagi kami anak2 kala itu).

      mbaca tulisan-mu, Anda ternyata manusia 'si-pembaca', tks link-2mu tsb (bisa kupulung :)) dimilis bar-sim, pelan2 tp pancingmu mudah2an ditanggapi oleh rekan2 disana. dengan-mu kwalitas diskusi disana & disini semakin membumi.

      July 5, 2010 at 7:07am ·

    • Sk Kaban bagus.....suatu usaha yang perlu disosilisasikan tuk generasi muda simalungun.....banyak yg kurng paham arti sebenarnya
      July 5, 2010 at 8:38pm ·

    • Neo Simalungun Jaya dalam waktu dekat saya akan sharing fasal Ahap Simalungun, yg nanti terhubung dengan tradisi pariama tsb.tks @lawei Jonly R. S
      July 5, 2010 at 9:22pm ·

    • Frans Purba Wilayah falsafah Habonaron do bona sudah cukup luas dan dalam dimiliki oleh mayoritas Simalungun sbg "ilmu"-jangan terlalu fokus dgn konsentrasi agama.Akan tetapi yg sangat kurang adalah inventarisasi dari implementasi konkrit kedalam perbuatan nyata.Yg sudah masuk kategori tokoh,pemimpin,kepala ,ketua , formil dan informil , silahkan membuktikannya.
      July 6, 2010 at 10:10am · · 1 person

    • Neo Simalungun Jaya
      ‎@Frans Purba. Falsafah Habonaron Do Bona itu merupakan pandangan hidup yang dibentuk oleh peradaba dan kebudayaan manusia luhur orang simalungun dulu- masih relevan, tentu relevan hingg kini dan akan datang.


      Sekarang, manusia SImalungun sudah dipengaruhi perubahan zaman dalam 100 tahun terakhir. lalu elemen apa yg merubahnya? yg paling besar? pertama agama samawi, teknologi dan ilmu pengetahuan, sistem pemerintahan dll. dampak

      saya menyinggung faktor agama, karena faktor inilah yang membatasi genrasi muda mempelajari sejarahnya lebih dalam, lebih jauh. padahal sains telah dapat membuktikannya.

      Contoh, kenapa membakar mayat itu lebih baik (dari sisi Leluhur) ketimbang ditanam? secara ilmiah ada jawabannya. ilmiah dan lebih selaras dengan alam.

      agamalah yang memutuskan halak simalungun dengan Sebagian besar akar budayanya. (Lihat sejarah missionaris). kita harus menempatkan fakta pada porsinya. menelit sejarah harus tanpa beban, sehingga bisa lapang menerima kenyataan.

      mengenai prilaku pemimpin sekarang, ini ibarat membicarakan mana lebih dulu telur apa ayam.

      dua-duanya perlu diperbaiki. secara umum telah terjadi degradasi kesadaran, moral.

      kualitas pemimpin adalah hasil kesdaran rakyat. rakyatlah yang membentuk pemimpin. mau memperbaikinya dari mana? ya dari pendidikan. pendidikan kita sekarang aja orientasinya neokapitlisme, miskin sentuhan budipekertinya.

      Justru itulah dibutuhkan Lembaga Budya SImalungun yg terdiri dari para Budaya-wan. orang yang berbudi. orang yang tidak sektarian, fanatis.

      rumit, oleh karena itu Neo Simalungun Jaya (akun ini) an mengumpulkan semua link yang bisa membantu kita memahami masa lalu kita.

      July 6, 2010 at 10:55am · · 1 person

    • Halani Holong
      Habonaran Do Bona 'It is the TRUTH from where EVERYTHING BEGINS (Sahdiaman Saragih, plain translation... Encyclopedia Tigarungguna)...'


      Pancasila : Dasar Negara - Landasan Ideologi RI.
      UUD 1945: Undang-Undang Dasar 1945 -- Landasan Konstitusional RI

      Habonaran Do Bona: Dasar atau acuan sikap-perilaku Tradisional Simalungun.
      >>> Landasan lokal ini bisa diaplikasikan pada tatanan nasional bila 'masyarakat Simalungun' mampu 'menunjukkan nilai acuan tersebut' dalam perbuatan dan tindakan tulus' (pure words and acts)... seperti yang diharapkan oleh Mr. Frans Purba... tidak hanya dalam wacana... kosa kata (vocabulary).... ...

      >> Dalam pengertian dan pengamalan luas dari makna Habonaran do Bona...boi do on jadi sada hamelaan na banggal bani Simalungun anggo 'etnis na lain' ... masih tong-tong mencap hita sebagai komunitas 'na mabajan ... na jungkat... na majangin... na so maradat...na ma sambor... pakon na lain)... Untuk itu, mulai detik ini, kita coba (berusaha) melakukan yang benar, berbicara yang benar, berperilaku yang benar, bekerja dengan benar dalam semua tingkatan tataran baik personal maupun kolektif/publik... hingga pada akhirnya DUNIA INI (terlepas dari sudut pandang mana saja) akan mengatakan bahwa Warga Simalungun itu sungguh 'menjalani hidupnya atas dasar HABONARAN DO BONA"... (seng tading sarita bani sahap ase songon na jenges ibogei halak dansa)... Siapa berani memulai yang benar?? Kembali kepada diri kita masing-masing sebagai (orang Simalungun sejati)
      > We are from the Truth... We belong to the TRUTH...We Begin the truth... We Speak the Truth... We Realize the Truth... We Return to the Truth.... Inilah sebagian dari nilai-nilai Habonaran Do Bona

      July 15, 2010 at 12:35pm · · 2 people

    • Frans Purba Kata2 bijak:Bila kamu melihat kemungkaran-dimana kebenaran diinjak-diselewengkan atau didiamkan/disembunyikan-maka lawanlah dgn segala kekuatan/kekuasaan yg ada ditanganmu -apabila tak punya-maka lawanlah dgn perkataan-apabila tak punya juga- maka lawanlah dgn hatimu.
      July 15, 2010 at 12:57pm · · 2 people

    • Neo Simalungun Jaya
      Terimakasih atas komen ni nassiam Bapa nami.
      catatan na iatas hanami coba tulis, aima dalam rangka bahwa Halak Simalungun juga merupakan masyarakat berbudaya tinggi sama seeprti yg lainnya. karena Dvipantara, Nusantara, Indonesia memiliki akar budaya yang sama. jadi pencapaian itu dimiliki semua sub etnis.

      Ahu bangga jadi halak Simalungun!!!!!

      maksud dari tulisan hanami iatas orangtua nami, aima, bahwa untuk MENCAPAI KESADARAN TINGGI (HABONARAN DO BONA) TIDAKLH MUDAH. TIDA BISA DITRANSFER DGN KATA2 ATO KALIMAT YG BAIK.

      Untuk mencapai kesadaran tsb perlu usaha, disiplin PEMBERDAYAAN DIR, LAU SPIRITUAL, PEMBENAHAN LAPSIAN FISIK, EMOSI,ENERGI, PIKIRAN DAN JIWA/ROH.

      artinya apa? IKATAN BATIN ITU BELUM TECIPTA.

      KENAPA?

      Dong saran?

      July 15, 2010 at 7:40pm · · 1 person

    • Halani Holong
      ‎@ NSJ & Jhonly RS: (HANYA SEBAGAI SARAN DASAR)
      Berikut ini saya coba tuliskan 'tips' yang mungkin bisa membantu mengaplikasikan ''Habonaran do Bona' (HDB) dalam kehidupan Masyarakat Simalungun (baik secara perorangan maupun kolektif)..


      Step-1 (HDB sebagai 'Thought'): 'HDB' sebagai konsep kesadaran atau konsep pemikiran harus disosialisasikan secara terus menerus, diberitaikan, diperbincangkan, ditabur dalam komunikasi antara masyarakat Simalungun maupun antara Simalungun dengan outsiders. Setelah proses pemberitaan dan penaburan... kita akan bisa melihat produk tuaian pertama berupa tindakan/sikap perilaku yang benar (masuk ke step-2 tindakan sikap perilaku)..

      Step-2.. (HDB sebagai Act)... Narasi HDB yang sudah mendarah daging dan terekam betul dalam memori setiap warga simalungun... (cepat atau lambat, sadar atau bawah sadar) akan menjadi motivator gerakan tindakan setiap Simalungun... (Cerita yang benar/ perkataan yang baik akan mempengaruhi tindakan yang baik)... Pada tahap ini.. kita akan bisa melihat perubahan besar di tengah-tengah Simalungun khususnya dalam bersikap/perilaku berbasis sadar (pangabakni na patut sisontohon... manusiawi dan terpuji).... (masuk ke Step-3)

      Step-3.. (HDB sebagai Habit)... Narasi yang terekam dengan baik dalam sistem memori pribadi Simalungun dan sudah menjadi motivator dalam pergerakan sikap perilakunya setiap hari... otomatis secara psikologis insani dan teologis akan menjadi kebiasaan. Cerita dan perkataan yang benar serta sudah disikapi juga akan mewujud atau mengemuka dalam kebiasaan yang baik dan benar (good habit)... (Masuk ke Step-4 Character)...

      Step 4. (HDB sebagai Character).... Tertanam dalam konsep pemikiran dan disikapi dalam tindakan sehari-hari bahkan sudah menjadi kebiasaan yang benar ... akan otomatis menjadi sifat kepribadian yang mendarah daging.. Tanaman yang benar akan menghasilkan buah yang benar....
      END (HASIL/TUJUAN):Pada akhirnya kita akan masuk dan menuai wujud akhir HDB (yaitu Destiny.. (Masa depan Simalungun yang sangat terpuji secara makro)..



      Anggo sonai, Selamat mencobama tene (mulai dari diri sendiri... atau dari Rumah Tangga Simalungun)..... (Horas Simalungun..Horas Indonesia)..



      Habonaran do Bona (HDB) serves an eternal-divine thought that we should apply in day-to-day life for our good destiny (be earthly or heavenly).. (Sahdiaman Saragih, Encyclopedia Tigarungguna)...

      July 16, 2010 at 10:47am · · 2 people

    • J Franky Poerba
      ‎@"Habonaron Do Bona", apakah sebuah bentuk keyakinan / kepercayaan atau sebuah doktrin atau sebuah ajaran atau dimaknai secara harfiah saja atau masih perlu ditafsirkan sesuai dengan latarbelakang individu kita masing masing (latarbelakang agama samawi atau parhabonaron?)

      @Jikalau "habonaron do bona" adalah suatu bentuk ajaran / keyakinan / kepercayaan spiritualitas / agama, adakah kitab sucinya? kalau ada, di mana saya bisa peroleh buku / dokumen tsb?
      kalau tidak ada, bagaimana ajaran itu bisa terpelihara dengan baik tanpa resiko terpengaruh / dipengaruhi / terkontaminasi oleh pemikiran lain?
      atau, ia adalah suatu sekte dari suatu agama / keyakinan / kepercayaan tertentu? dan kalau ya, apakah itu?

      @diateitupa

      July 24, 2010 at 12:30pm ·

    • Neo Simalungun Jaya Hmm... betul pertanyaannya. @ Franky Poerba...
      ada yang bisa nambahin?

      July 24, 2010 at 8:07pm ·

    • Halani Holong Habonaran do Bona adalah 'konsep pembelajaran' bani Penduduk Simalungun ase semakin mampu menyesuaikan 'kata' dengan 'tindakan' yang benar. Jadi ..ulang pitah hata... ningon adongdo tindakan... naihoma sebalikni.
      July 26, 2010 at 1:27pm · · 1 person

    • Frans Purba Saya sudah membantu mendirikan mushola dibeberapa daerah Simalungun yg terpencil bagi minoritas Islam -dan membantu pendidikan ilmu agama Islam bagi mereka......apakah ini sesuai dgn Habonaron do Bona -ase ulang pitah hata?
      July 26, 2010 at 1:47pm · · 1 person

    • Halani Holong Aima pasma ai... songon na ibaen ni Lae Frans Purba on ma... sada contoh si turian manang sitiruan bani segala bidang pembangunan na boi mengangkat harkat dan kemakmuran rakyat Simalungun.. Siapa menyusul...
      July 26, 2010 at 1:54pm ·

    • Neo Simalungun Jaya
      Ahu purba, purba ni sialungun. ahu kristen, kristen ni simalungun. ahu Islam, Islam ni Simaungun. ahu katolik, katolik ni Simalungun. Ahu parhabonaron, so pasti SImalungun. ahu simalungun ni Indonesia...


      aha pe latar belakang ta, hita halak simalungun. jadi universal do makna ni HDB ai. lang dong be pikkiran na sektarian.

      Habonaron DO Bona, aima hasil pencapaian spiritual. ahu mengormati semua rumah ibadah, mencintai semua pemeluk agama. so, kenapa enggak.

      July 26, 2010 at 7:48pm · · 1 person

    • J Franky Poerba
      ‎@all_tanya:


      ada yang bilang kalo faham "habonaron do bona" adalah suatu bentuk aliran kepercayaan (kuno) terhadap 'sesuatu kuasa yang bersifat gaib'.


      Sesuatu yg memiliki kekuasaan mutlak untuk menentukan suatu atau beberapa rangkaian kejadian. Atau istilah masa kini yg disebut dengan 'Tuhan'. Pengikutnya disebut "parhabonaron" yg biasanya memiliki kemampuan supranatural / metafisik (paranormal?)
      Apakah memang "habonaron" tsb adalah representasi daripada penguasa alam semesta atau Tuhan?

      ...semasa saya kecil, saya kebetulan dibesarkan di suatu kampung yg sangat terpencil dengan hutan belantara masih mengelilingi kampung kami. Saat itu, seringkali kami menemukan buah nenas kampung (anas sapari) yg tumbuh liar di semak belukar. Buah nenas sapari tsb yg sdh masak/matang seringkali kami temukan separoh dagingnya sangat manis, tetapi yg separohnya lagi sangat kontras; dagingnya sangat hambar ibarat hanya tinggal ampasnya saja.

      Jawaban orangtua saat ditanya kala itu dikatakan bahwa hal itu disebabkan oleh karena daging buah yg sebelah itu telah dimakan "habonaron", maka yg tinggal adalah ampasnya saja, sedangkan yg sebelahnya lagi tidak dimakan, jadi tetap segar dan manis.

      Apakah habonaron yg dimaksud dalam cerita tsb adalah sesuatu yang sama dengan habonaron di dalam "habonaron do bona"?

      diateitupa *^*

      July 26, 2010 at 11:16pm ·

    • Frans Purba
      Menyangkut vocabulary bahasa simalungun sbb
      1.Habonaron artinya kebenaran.
      2.Parhabonaron - suatu aliran keagamaan aasli dan kuno yg ada di simalungun- oleh Kristen dikategorikan ke golongan Pagan.
      3.Habonaran -NOTE - dgn huruf a bukan o - artinya adalah mahluk halus atau jin- yg ada di simalungun.
      Jin ini benar2 ada karena ada perbuatannya tapi tak bisa dilihat oleh mata manusia biasa.
      dlm bahasa si 5Kuta dan si 7 huta disebut "umang"

      July 27, 2010 at 3:13pm · · 2 people

    • J Franky Poerba ‎@sanina Frans: diateitupa ma balosmu ai
      July 28, 2010 at 12:31am ·

    • Neo Simalungun Jaya ‎@diatetupa hubanta haganupan.
      DOng na boi menjelaskan riutal/tradisi parhabonaron? ase tambah luas pemahamannta. atik hasoman Parhabonaron boi ma mamberi pelajaran hu banta dah.silahkan... siapa pun yang bisa...

      July 28, 2010 at 10:42am · · 1 person

    • Frans Purba
      Detil2 ritual parhabonaron jadinya menjadi ritual yg tertutup -karena pd masa pengembangan kristen sempat terkategori ke "sipele begu" yg otomatis dinegative kan.mirip dgn posisi terdesaknya Parmalim.
      Parhabonaron mempunyai kalender tahunan -misalnya- Waktu "mamulung tawar" (meramu obat) -memberi pelean- yaitu beras dalam bakul sirih-telor--lalu minum darah anjing yg baru disembelih-atau melepas ayam jantan yg bagus kepada Peleon...dll- "marsordam" dijadikan media komunikasi antar roh- maranggir-dan ada juga ritual panen...

      July 28, 2010 at 2:46pm · · 1 person

    • Dori Alam Girsang mantap neh tulisan nya... hampir sama spt yg aku tulis ...

      August 11, 2010 at 4:20pm ·

    • Halani Holong Haboran Do Bona pe ipake do bani Principles of Management i sap dunia on, aimana na idokni sidea: 1. Do right things (melakukan hal-hal yang benar, marpambahenan na jenges, manghorjahon horja na sintong, marsahap na bujur), 2. Do things right (melakukan sesuatu dengan cara yang benar, memahami horja, manghorjahon ugahan na dimpos, ipikkiri lobe baru idokhon manang ihorjahon)
      August 19 at 7:56am · · 1 person

    • Dori Alam Girsang
      tambahkan yang ini bang...Tugas dan kewajiban manusia terhadap sesamanya menurut ajaran Habonaron Do Bona ada dalam bentuk perintah-perintah dan larangan-larangan. Apabila perintah dan larangan tersebut dipatuhi dapat menjadikan ketenteraman dalam masyarakat. Perintah-perintah dan larangan tersebut, antara lain adalah sebagai berikut:

      1. Menghormati orang tua dan orang lain sesuai dengan tata krama tutur (hamat hubani urang tua oppa hasoman marihutkon turur).

      2. Menghormati guru (hormat hubani guru/hormat hubani sibere ajar).

      3. Membantu orang lain (manappati).

      4. Tidak boleh membunuh sesama manusia, termasuk mengugurkan kandungan.

      5. Tidak boleh kimpoi semarga (ulang marboto-boto).

      6. Tidak boleh membuat orang lain meneteskan air mata sampai “berwarna kuning” (ulang iaben manetek iluhni halak magorsing).

      7. Tidak boleh meminta-minta (ulang tedek-tedek).

      8. Tidak boleh menyusahkan orang lain (ulang manusahi).

      9. Tidak boleh berbohong (ulang marguak).

      10. Tidak boleh memaki orang lain (ulang manurai).

      11. Tidak boleh membungakan uang (ulang makhilang).

      12. Tidak boleh menipu dan mengkhianatai orang lain (ulang magoto otoi/ulang mangkhianat).

      August 19 at 8:33am · · 1 person

    • Neo Simalungun Jaya
      ‎@ Dori, tambahanmu di atas lebih tepat kita sebut pedoman prilaku, yang diajarkan di setiap huta berbenteng dahulu kala. Setiap Huta Berbenteng (biasa ni sada 'huta banggal" terdiri dari 5-4 huta berbenteng kecil. diantara ke 4-5 huta itu ada yg menjadi induknya. begitulah jenjangnya. Nah, kalau kita kutip ajaran yg masih lestari di Sunda (dari Oppung Lucky) yg masih berlaku umum di berbagai masyarkat adat, ada 3 UU dahulu kala yg bersifat fundamental: 1. Tata Salira (yg kemarin saya sedikit bahas dalm opini saya; Sapangambei manoktok hitei), ke-2, Tata Nagara (Nagari, Nagur, Nagore - isitlah ini adalah sandi sebenarnya. mirip bukan berarti kita berasal dari sana, ini pendapat pribadi. karena jika dihubungka nagore di India selatan dan nagur di Simalungun ada koneksi pola energi kuno) tata Nagara akan kita bahas nanti karena terhubung dengan sistem Tolu Sahundulan Lima Saodoran - ini sistem pemerintahan bertingakt hingg ke kotaraja. di Sunda, Kabuyutan Sunda istilah ini disebut Rama-Ratu-Rasi. (Rama itu Sepuh Penjaga ajaran Spirital, mirip Paus di Vatikan sana. Kedua Adalah Ratu _ kepala Pemerintahan - Presiden sekarang, lalu Rasi/Datu adalah para Gubernur sekarang. Jadi NKRI itu konsepnya sudah ada seja lama di DNA orang Nusantara - tidak baru. ke-3, Tata Buana - penataan bumi menjadi tempat yg lebih indah - hubungan antar bangsa. Nah, itu dulu...

      August 19 at 10:01am · · 1 person

    • Dori Alam Girsang yup itu lah makanya ada Silimakuta....1 nagasaribu menjadi madya (tengah pusat pemerintahaan) 4 lainnya sebagai benteng dari serangan2 an musuh,makanya di 4 kampung ini sering di temukan patung2 pangulu balang sebagai penjaga atw yang menyadarkan masyakarat klo2 musuh datang....
      August 19 at 10:10am ·

    • Neo Simalungun Jaya angka 5 itu khan simbol shakti. 4 adlah batara guru. 4-5 bila digabungkan menjadi lingga-yoni. kita harus cari isitilah simalungnnya ini.
      August 19 at 10:19am ·

    • Dori Alam Girsang
      yup..5 familiar sekali di kalangan orang2 maniti ari karena dalam 1 hari terdiri dari 5 pembagian waktu mulai dari pagi sampe malam liat muslim melakukan solat..dan 5 itu menunjukan 5 jari jadi sifat2 manusia ketahuan sifat dan prilakunya berdasarkan jari-jari tangan tsb,maka org2 tua jaman dlu akan dengan mudah mengarahkan anak2nya pada satu bidang ke ilmuan kalo2 udah tahu sifat dan karekter dominannya kemana...dan begitu juga dalam hal meramal hitungan2 5 jari2 ttp di gunakan,dan kalo masuk ke arah mata angin seperti mencari keberuntungan maka di kombinasikan dengan angka 8 atw 8 penjuru mata angin dan lain sebagainya.... 4 belum saya pelajari lebih jauh,mungkin bisa di bilang 4 itu sebagai angka pagar/tembok/benteng dimana Batara Guru adalah sebutan lain daripada Siwa kalo engga salah yg mana Siwa sendiri kalo engga salah adalah Dewa Pelindung...di koreksi kalo salah bang..

      August 19 at 10:25am · · 1 person

    • Neo Simalungun Jaya
      Betara Guru adalah istilah yang dikenal di kampung hita - kalau tak salah gual ni pe adong. sayang aajran parahaboanron itu belum ada yg tulis. Intinya adalah: Bila sesosok ROh/jiwa hendak lahir, maka menurut muatan frekuensi mind dan DNA itu akan terjawantahkan, tergambarkan dengan bentuk fisiknya. bentuk fisik adalah vibrasi dari mind dan DNA nya. memang ilmu mengetahui potensi sejak kecil ini yg dibutuhkan sekola TK dan Sd saat ini. ini perjuangan keras dari tradisi lokal untuk di ilmiahkan. Sifat2 batara Guru Banyak, pelundung juga ya, kalau sebagai 'keuatan" ya, Rudra. tks.

      August 19 at 10:39am ·

    • Dori Alam Girsang
      dan satu lagi bang,bahwa falsafah 3 sahundulan dan 5 saodoran itu udah sangat tua,karena asal muasalnya berasal dari Turi2 an,turi2 an Pining Laho Marganjang pala2 marganjang das ma hu rumah ni Tulang,nah disini lah seseorang itu harus hormat sama Tulang nya,dan akhirnya buah pining berubah menjadi emas,pertama jatuh 3 dan jatuh 5 maka nya menjadi 3 sahundulan dan 5 saodoran tapi ini masih kurang penjelasan saya..nanti lah klo pulanng kampung akan aku minta ke bokap masalah turi2 an nya ini,dan udah biasa si setiap suku bangsa mana pun tuk menentukan Prinsip kearifan lokal itu di mulai dari Turi2 an,sama speti Turi2an orang Yahudi melakukan Pesta Paskah itu karena ada cerita orang isreal di selamatkan maka mereka pun membuat upacara2 dan perayaan2 dan menjadi adat dan membudaya di tengah2 bangsa yahudi,begitu juga hal nya dengan 3 sahundulan dan 5 saodoran...

      August 19 at 10:48am ·

    • Lucky Hendrawan
      Tabe Pun _/|\_
      ...bongkar terus yg tersembunyi (*disembunyikan...)


      harta karuhun nusantara seperti ini sayang jika tidak terlestarikan... 'rebut' kembali warisan para leluhur yg ditenggelamkan...


      politik penyeragaman penyebutan kepada yg maha kuasa mengakibatkan ajaran para leluhur nusantara dianggap sesat (animisme / pagan), padahal segala ajaran kebaikan itu sudah tentu berlangsung secara turun-temurun... bangsa indonesia begitu takut disebut sebagai penganut paganisme...

      ......ikut menambahkan... :)

      *deba = deva = dewa ====> cahaya / waktu / kala.

      sunda / shindu / shintu / shinto / shinta / saint / sun / zun / zen / sura / surya / ra / mata horus (mata hari) / hyang siwa / guru hyang (guriang) / sang hyang tunggal... adalah sang batara guru yang jatuh cinta kepada ibu pertiwi (ibu bumi / nusantara).... semua itu adalah idea (ajaran) yang dipersonifikasi dan dimetaforakan.... dasyat... begitu cerdasnya para leluhur bangsa nusantara....

      bangsa lain (*termasuk peneliti barat) tidak mampu menyelami hal tersebut... mereka hanya mampu meraba bagian kulitnya saja...

      rahayu... rahayu... rahayu... _/|\_

      August 20 at 9:12am · · 1 person

    • Roni Sumbayak
      Manorgi ambulu mambasa tulisan nassiam on.
      Jadi, lang pala maila be hita menjadi halak Simalungun.


      Sudah lama Roni menunggu buku tulisan David E. Purba. Antigan do ai i terbithon Ompung? Hehehe


      Jadi tarsunggul au hatani ompungku hinan (Voorhanger pertama i GKPS SIDARA): Bahat do habotohon ni Simalungun (kearifan lokal) na magou tingki parmasukni Zending hu tanoh Simalungun on?
      Halani segala sesuatu yg tidk sesuai dgn 'pemahaman' misionaris Barat, dianggap sbg Si Pele Begu. Pdhl kata NSJ di tulisan kemarin: Isa Sang Masiha itu Nusantara bgt!

      Horas _/\_

      August 20 at 10:32am ·

    • Neo Simalungun Jaya ‎@Oppung Lucky terimakasih ma dahkam. Diskusi ini bertambah bobotnya karena Oppung dari Kabuyutan Sunda telah berkenan memberi sharingnnya. ini penghargaan bagi kita Halak Simalungun.
      August 20 at 3:29pm ·

    • Neo Simalungun Jaya
      ‎@ Hasoman haganupan. Konsep Rama-Ratu Rasi/Datu=Tolu sahundulan Lima saodoran= tungku nan tigo=dalihan na tolu. sebuah konep sistem hubungan manusia yang holistik/menyeluruh. tidak menempatkan dunia tumbuhan dan hewan sebagai objek. tidak menganggap dunia non materi dan materi terpisah. Generasi Muda Simalungun masih harus banyak belajar. Kita yg muda2 harus mau bertanay ke manapun. setelah itu baru kita semaikan di tanah kita - proses ini berjalan terus sampai dunia ini selesai bertugas. Para RAMA=Parhabonaron=brahmana=parabaringin adalah komunitas yg garisnya masih berjalan terus untuk menyemaikan ajran leluhur itu. sayang orang Nusantara mau menurunkan kelasnya....

      August 20 at 3:33pm ·

    • Dori Alam Girsang Mantap....
      Powered by ® http://www.simalungunonline.com/

      August 20 at 4:49pm via ·

    • Parlindungan Damanik Terima kasih Lawei Neo Simalungun Jaya dalam menggali, melestarikan dan merekontruksikan Kebudayaan Simalungun yang hampir sirna, yang semuanya berakar dari Kerajaan Nagur yang dipersembahkan sebagai salah satu warisan Adi Luhur yaitu filosopi hidup Simalungun / Falsafah “Habonaron Do Bona” disemua sendi Kehidupan dalam Ber KETUHANAN, Manusia, Lingkungan dan Alam kepada NKRI tercinta.GBU. Amien.
      September 16 at 12:22pm · · 1 person

    • Dori Alam Girsang up dlu
      October 17 at 3:46pm ·